Monday, May 26, 2008

Catherine... (1)

Pagi ini Cath kembali membuka mata ketika matahari telah mulai bekerja. Dibukanya gorden jendela kamarnya dan dia dapati matahari mulai terik. "Hai, aku terlambat bangun!". Cath lempar selimutnya begitu saja dan langsung menyambar handuk menuju kamar mandi. "Ah, tidak perlu bersih. Cukuplah lelahku karna lama tertidur, kuhapus dengan guyuran air. Tak ada kotoran di badanku." pikirnya di sela menyikat giginya yang selalu tampak putih dan berjajar rapi saat senyum manisnya tersungging.

Cath berangkat bekerja. Rutinitas yang dilaluinya setiap hari. Bangun pagi, lalu kerja sampai sore datang. Di sela bekerja Cath akan bernyanyi riang seolah hidupnya berwarna. Bercanda dengan teman-temannya. Berbicara tentang cinta dengan teman maya-nya. Padahal cinta yang ia bicarakan itu tak pernah ia rasakan. Kadang menasehati bagaimana harus bersikap terhadap lelaki, bagaimana bangkit saat patah hati, bagaimana menghadapi kesendirian yang sering dirasakan perempuan-perempuan yang tak kujung memiliki pasangan. Padahal dia sendiri masih larut dalam kesendirian. Hidupnya selalu sama setiap hari. Bangun, bekerja, pulang, aktivitas rutin di kamar sempitnya, lalu tidur. Besok pagi terulang lagi. Begitu setiap hari. "Hidup yang sangat monoton" begitu gumamnya jika dia telah benar-benar bosan.

Cath bukan tak punya teman. Ada banyak teman2nya di luar sana. Tapi dia masih merasa sendiri. Cath bukan tak punya cinta. Dia punya cinta, hatinya penuh dengan cinta. Ya. Penuh dengan cinta yang berulang urung dia berikan kepada laki-laki yang dicintainya. Karna lelaki itu telah memberikan cintanya untuk perempuan lain. Cath pun menyimpannya kembali di hatinya. Suatu hari nanti akan diberikannya kepada laki-laki yang dipilihkan Tuhan. Tapi tak kunjung Tuhan memberikannya sehingga hatinya pun penuh dengan cinta yang tak tersampaikan. Ada beberapa lelaki di hidupnya yang membuatnya tahu apa artinya berkorban. Berkorban hati, perasaan, waktu, dan kepentingan. Bahkan mengorbankan kesenangan dan kebahagiaannya demi cinta. Hey, begitukan mencintai?? Cath berulangkali bertanya: benarkah caraku mencintai?? Aku tidak menuntut apa-apa dari lelaki yang kucintai. Aku hanya berharap dia pun mencintaiku. Tetapi jika dia tidak mencintaiku, apa aku juga harus menghentikan cintaku padanya? Jika aku terus mencintainya dan memberikan segala yang aku punya untuk dia, apakah aku telah melakukan hal yang benar???

"Catherine, ada telepon. Mencarimu." Catherine mengangkat telepon yang gagangnya sudah dutaruh di meja.
"Hallo.." sapa Cath.
"Hai Cath, aku pulang. Di mana kau tinggal sekarang?? Boleh aku main ke tempatmu??"
Hey, suara di ujung telepon itu begitu dikenal Cath. Bertahun-tahun yang lalu suara itu selalu ia dengar setiap hari. Bertahun-tahun yang lalu Cath pernah memberikan semuanya untuk pemilik suara itu meskipun sang pemilik suara tak memberikan perlakuan yang sama seperti yang Cath lakukan padanya. Bertahun-tahun yang lalu lelaki di ujung telepon itu berusaha membuat Cath membencinya setelah dia tahu Cath mencintainya. Bertahun-tahun yang lalu lelaki itu meninggalkannya dan menikah dengan perempuan, yang katanya, dicintainya. Bertahun-tahun yang lalu pria itu telah membuat Cath mengatakan satu ucapan yang menjadi janji di hati Cath: Jika tidak dengan kamu, aku memilih sendiri mas. Bertahun-tahun Cath berusaha melupakan laki-laki itu tapi tak juga berhasil hingga detik ini.  Hingga saat suara itu kembali didengarnya di ujung telepon.

"Cath... hallooo.. kamu di situ kah?"...

---to be continued--

4 comments:

  1. " Cath...aku baru pulang dari berlayar....."

    hehehe..bener gak ya...

    ReplyDelete
  2. Whah.. ampun mbocorke mas...
    Ndhak kurang gayeng-e :D

    ReplyDelete
  3. judulnya kurang bagus..kuganti ya.. :)

    ReplyDelete