Tuesday, May 27, 2008

Catherine... (2)

sequel of Catherine... (1)

"Cath... hallo..kamu di situ kah?"..
Suara di ujung telepon mengembalikan imajinasi Cath ke waktu yang ia pijak sekarang. Tumpukan sejarah yang baru saja ia baca ulang, tiba-tiba tertutup karena sapaan 'Cath' dari ujung sana.
"Ya, saya di sini. Maaf ini siapa ya?"
Cath mencoba menata kekacauan hatinya dengan pertanyaan yang tidak bermutu, yang jelas sudah ia tahu jawabannya. Mana mungkin dia melupakan suara itu. Dulu setiap hari mereka habiskan bersama. Jika dalam sehari tidak ada waktu bertemu, malam hari handphone Cath akan berdering dan suara itu akan menemani malam harinya sampai Cath mengantuk dan mengucapkan 'Good night'.
"Kamu sudah lupa denganku Cath? Ini Endru!!" Bersemangat lelaki itu menyebutkan namanya, membaca nama 'Andrew' yang tertulis di akta kelahiran dan ijazah-ijazahnya.
Cath terdiam sesaat, memikirkan jawaban apa yang akan dia katakan setelah mendengar nama itu disebut, memikirkan ekspresi apa yang pantas ia buat setelah ia mendengar nama itu karna ekspresi keterkejutan sudah berhasil dia sembunyikan saat pertama kali mendengar suara itu. Cath akhirnya menemukan apa yang dicarinya.
"Hai Endru, apa kabar? Masih menyimpan nomor kantorku?"
Ah, ternyata Cath menjawab dengan datar saja. Seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Cath hanya ingin menunjukkan pada lelaki itu bahwa usahanya dulu untuk membuat Cath membencinya, telah berhasil. Cath juga tidak mau lelaki itu tahu bahwa selama bertahun-tahun ini sesungguhnya Cath menanti dia kembali. Cath tidak mau lelaki itu tahu dia bahagia saat mendengar lelaki itu meneleponnya saat ini. Cath ingin terlihat biasa saja, seolah telepon yang diterima saat ini bukan sesuatu yang spesial bagi dia.
"Kabar baik. Kamu apa kabar Cath?" ada nada kecewa dari suara lelaki ini. Mungkin dia mengharap respon lebih dari Cath. Bukan hanya menanyakan kabar seperti yang biasa ditanyakan pada orang-orang sebagai basa-basi.

Begitulah. Telepon siang itu diakhiri dengan ucapan 'sampai ketemu lagi'. Cath merasa perlu menata ulang hatinya yang beberapa waktu tadi berantakan. Cath merasa perlu memikirkan apa yang harus dibuatnya nanti jika lelaki itu benar-benar datang ke rumah kostnya. Waktu makan siang yang biasa dihabiskan Cath dengan teman kantornya mengunjungi rumah makan yang berbeda sekedar wisata kuliner, kali ini dia pamit. Dia pasti tak bisa menikmati makan siang kali ini. Teman-temannya tak bertanya banyak, mereka berpikir Cath sedang memerlukan banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas kantornya.

Catherine mengarahkan sepeda motornya ke sebuah taman kota tak jauh dari kantornya. Taman yang sejuk di tengah kota yang gerah karna kurangnya penghijauan. Tempat yang banyak dikunjungi anak-anak bersama ibu ataupun baby sitternya. Anak-anak yang masih lucu-lucunya, sedang senang-senangnya berlari setelah dia berhasil belajar berjingkat-jingkat dengan riangnya. Anak-anak yang harus dialihkan perhatiannya hanya untuk menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Anak-anak yang geleng-geleng kepala saat menyanyi Balonku Ada Lima. Lucu sekali mereka. Cath duduk di bangku di bawah sebuah pohon besar. Memperhatikan anak-anak yang sangat riang itu, hatinya sedikit terhibur.
"Lihat Cath, mereka lucu sekali ya. Itu yang rambutnya ikal. Kamu kalau punya anak pasti seperti dia. Lucu sekali." Endru sering berkomentar saat mereka duduk di taman sepulang sarapan di hari libur. Sesekali meledek Cath dengan mencari-cari anak yang sekiranya bisa jadi gambaran anak Cath kelak. Cath bukannya marah dengan ledekan Endru, dia malah akan membayangkan yang indah-indah dengan anak-anak yang dia miliki nanti, dan Endru hanya akan manyun karna tak berhasil membuat Cath marah. Kadang Endru akan memanggil seorang anak yang lucu, memangkunya, dan mengajarinya bernyanyi. Cath hanya mendampingi Endru sambil ikut menyanyi seperti si kecil di pangkuan Endru. Dalam hatinya, Cath berkata: kamu akan jadi ayah yang baik buat anak-anak kita mas.

Handphone Cath bergetar. SMS dari teman kantornya, menanyakan keberadaannya karna sudah pukul 2 siang Cath belum juga kembali ke kantor. Cath terbangun dari lamunannya. Lamunan yang lagi-lagi kembali pada masa kebersamaannya dengan Endru.

Ya, Tuhan.. Tidak ada yang bisa membuatku melupakannya. Semua tempat di bawah kolong langit ini punya kenangan tentang dia. Sekarang dia datang lagi Tuhan. Aku tidak pernah bisa mengubah perasaanku padanya meskipun aku tahu harapanku hidup bersama-sama dengan dia sudah tidak mungkin terwujud. Aku mencintainya. Saat kudengar suaranya tadi, aku masih merasakan cinta yang sama. Ya Tuhan....

Cath menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, tertunduk dengan perasaan berserah. Masih ingat angan-angan yang dia susun 6 tahun yang lalu saat kebersamaan bersama Endru. Enam tahun setelah ditinggalkan Endru,Cath menutup hatinya untuk siapapun. Dibiarkannya hatinya sepi.

---to be continued---

Monday, May 26, 2008

Catherine... (1)

Pagi ini Cath kembali membuka mata ketika matahari telah mulai bekerja. Dibukanya gorden jendela kamarnya dan dia dapati matahari mulai terik. "Hai, aku terlambat bangun!". Cath lempar selimutnya begitu saja dan langsung menyambar handuk menuju kamar mandi. "Ah, tidak perlu bersih. Cukuplah lelahku karna lama tertidur, kuhapus dengan guyuran air. Tak ada kotoran di badanku." pikirnya di sela menyikat giginya yang selalu tampak putih dan berjajar rapi saat senyum manisnya tersungging.

Cath berangkat bekerja. Rutinitas yang dilaluinya setiap hari. Bangun pagi, lalu kerja sampai sore datang. Di sela bekerja Cath akan bernyanyi riang seolah hidupnya berwarna. Bercanda dengan teman-temannya. Berbicara tentang cinta dengan teman maya-nya. Padahal cinta yang ia bicarakan itu tak pernah ia rasakan. Kadang menasehati bagaimana harus bersikap terhadap lelaki, bagaimana bangkit saat patah hati, bagaimana menghadapi kesendirian yang sering dirasakan perempuan-perempuan yang tak kujung memiliki pasangan. Padahal dia sendiri masih larut dalam kesendirian. Hidupnya selalu sama setiap hari. Bangun, bekerja, pulang, aktivitas rutin di kamar sempitnya, lalu tidur. Besok pagi terulang lagi. Begitu setiap hari. "Hidup yang sangat monoton" begitu gumamnya jika dia telah benar-benar bosan.

Cath bukan tak punya teman. Ada banyak teman2nya di luar sana. Tapi dia masih merasa sendiri. Cath bukan tak punya cinta. Dia punya cinta, hatinya penuh dengan cinta. Ya. Penuh dengan cinta yang berulang urung dia berikan kepada laki-laki yang dicintainya. Karna lelaki itu telah memberikan cintanya untuk perempuan lain. Cath pun menyimpannya kembali di hatinya. Suatu hari nanti akan diberikannya kepada laki-laki yang dipilihkan Tuhan. Tapi tak kunjung Tuhan memberikannya sehingga hatinya pun penuh dengan cinta yang tak tersampaikan. Ada beberapa lelaki di hidupnya yang membuatnya tahu apa artinya berkorban. Berkorban hati, perasaan, waktu, dan kepentingan. Bahkan mengorbankan kesenangan dan kebahagiaannya demi cinta. Hey, begitukan mencintai?? Cath berulangkali bertanya: benarkah caraku mencintai?? Aku tidak menuntut apa-apa dari lelaki yang kucintai. Aku hanya berharap dia pun mencintaiku. Tetapi jika dia tidak mencintaiku, apa aku juga harus menghentikan cintaku padanya? Jika aku terus mencintainya dan memberikan segala yang aku punya untuk dia, apakah aku telah melakukan hal yang benar???

"Catherine, ada telepon. Mencarimu." Catherine mengangkat telepon yang gagangnya sudah dutaruh di meja.
"Hallo.." sapa Cath.
"Hai Cath, aku pulang. Di mana kau tinggal sekarang?? Boleh aku main ke tempatmu??"
Hey, suara di ujung telepon itu begitu dikenal Cath. Bertahun-tahun yang lalu suara itu selalu ia dengar setiap hari. Bertahun-tahun yang lalu Cath pernah memberikan semuanya untuk pemilik suara itu meskipun sang pemilik suara tak memberikan perlakuan yang sama seperti yang Cath lakukan padanya. Bertahun-tahun yang lalu lelaki di ujung telepon itu berusaha membuat Cath membencinya setelah dia tahu Cath mencintainya. Bertahun-tahun yang lalu lelaki itu meninggalkannya dan menikah dengan perempuan, yang katanya, dicintainya. Bertahun-tahun yang lalu pria itu telah membuat Cath mengatakan satu ucapan yang menjadi janji di hati Cath: Jika tidak dengan kamu, aku memilih sendiri mas. Bertahun-tahun Cath berusaha melupakan laki-laki itu tapi tak juga berhasil hingga detik ini.  Hingga saat suara itu kembali didengarnya di ujung telepon.

"Cath... hallooo.. kamu di situ kah?"...

---to be continued--

Friday, May 23, 2008

Semangat Doraemon...

Membaca novel Nyanyian Sunyi Sekala. Di satu halaman dia cerita tentang tayangan tv yang ditontonnya. Salah satunya Doraemon. Lalu dia tulis lirik soundtrack-nya. Waktu aku membaca gk sadar aku nyanyiin soundtrack kartun itu. (Larut dalam bacaan). Setelah kuamati, ternyata lagu itu penuh semangat. Wow.. Gini liriknya:

Aku ingin begini, aku ingin begitu
ingin ini ingin itu banyak sekali,
Semua semua semua dapat dikabulkan
dapat dikabulkan dengan kantong ajaib...






Wah, tnyata keinginan manusia itu banyak sekali. Ingin ini, ingin itu...
Dan di sana diberikan suatu penyemangat bahwa semuanya dapat dikabulkan. Kalau dalam bahasa Doraemon dikabulkannya dengan kantong ajaib. Tapi sebagai makhluk beriman tentu kita punya Tuhan yang memiliki 'kantong ajaib' yang sangat luar biasa untuk mengabulkan doa umatnya. 

Wednesday, May 21, 2008

Improvisasi Lagu Kebangsaan

Hari Kebangkitan Nasional tahun ini diperingati denga gegap gempita. Seluruh stasiun televisi menanyangkan perayaan 100 th Harkitnas langsung dari Senayan. Diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh Edo Kondologit. Ada sedikit yang mengganjal. Mungkin hanya sedikit saja, tapi rasanya perlu kuutarakan (daripada jadi jerawat). Dengan khidmat di rumah aku ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi...ups...kok Edo nyanyinya ada yang diimprovisasi ya... Aku jadi sedikit kaget dan kekhidmatanku berkurang. Mestinya Edo tak perlu melakukan improvisasi pada lagu Indonesia Raya yang sudah indah dan sempurna. Tanpa improvisasi pun lagu Indonesia Raya sudah menggugah semangat kebangsaan. Dan lihat dampaknya, ketika Edo meliukkan sedikit nada, kekhidmatanku langsung berkurang....

Ahh...beberapa waktu yang lalu marak dibahas tentang lagu kebangsaan kita ini. Bagaimana harus menyanyikan, di mana, dan kapan.

Wednesday, May 14, 2008

Terimakasih

Budaya mengucapkan terimakasih sudah jadi warisan yang sangat bernilai dari nenek moyang kita. Di mana tempat ada kata atau bahasa tubuh yang bermakna terimakasih.

Ada satu cerita tentang terimakasih yang baru saja aku alami hari minggu kemarin. Ceritanya waktu itu aku dan teman-teman kantor datang ke pernikahan seorang rekan. Kami membawa peta menuju rumah mempelai. Namun karena daerahnya sedikit sulit maka setiap kali kami hentikan mobil dan bertanya pada penduduk kampung tempat resepsi yang kami tuju. Setiap kali teman yang bertanya kembali ke mobil secara spontan aku tanya: "Udah bilang terimakasih belum?" Berkali-kali aku spontan menyakan pertanyaan yang sama. Sampai suatu ketika temanku turun lagi untuk bertanya, dan saat kembali ke mobil dia sudah laporan: "Aku sudah bilang terimakasih". Hehe, rasanya sudah melakukan kesalahan kalau lupa mengucapkan terimakasih. Tidak terlalu sulit mengucapkan terimakasih, tapi kadang kita melupakannya. Padahal satu kata saja sudah membuat orang lain senang dan merasa berharga. ;)

Thursday, May 8, 2008

AXIS dan sms hoax...

Semalem dapt sms dari tmn lama.. Awalnya sih cuma minta info lowongan kerja. Trus berlanjut2 dan sampai pada pertanyaan: udah denger kabar tentang kartu AXIS blm? Yah, dengan polosnya kujawab: 'Udah dunkz. Si kartu yang baik kan??" Memang itu slogan yang dia usung. Tapi ternyata bukan itu yang dia maksud. Ada banyak sms yang beredar bahwa kartu AXIS adalah kartu setan karna dihubungkan dengan simbol angka 666. Tarif 60/mnt, 60/SMS, 600/MMS. Dan jika dibalik akan dibaca SIXA-siksa.

Yang mengherankan katanya ada ibu2 yang tiba2 meninggal setelah mendapat telepon dari nomor AXIS. Atau anak yang ketakutan setelah terima sms dari nomor AXIS. Ada lagi yang bilang kalo dia stlh menggunakan kartu AXIS setiap malam ditelpon nomor tidak dikenal dan terdengar jeritan perempuan.

Haiya...
Apa pula ini..
Beberapa saat kemudian temen kostku berkunjung ke kamar dan menunjukkan sms serupa yang baru saja dia terima. Aduh... Dibawahnya tertulis fwd k tmn2mu. 1 sms selamatkan 1 jiwa.. Wow, itu mah namanya fitnah berantai...

Buat tmn2 pesen aja deh, jangan terprovokasi dengan sms2 yang gk jelas gitu. Apalagi berpartisipasi meresahkan masyarakat dengan memforward ke teman2 yang lain. Jangan deh... Daripada kita resah dan ikut serta menyebar fitnah, lebih baik kita lebih mendekatkan diri pada Yang Kuasa sehingga tidak mudah terpengaruh isu di luar....

Hehe, gk jelas ya...


Tuesday, May 6, 2008

Kisah Cinta Seorang Anak..

(ditulis oleh Cristine Wili, diambil dari milis pakguruonline)

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?"

"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu." aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric...

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"

Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..."

Saya pun membaca tulisan di kertas itu...

"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."

Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!"

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana."


-----hiks, aku terharu membaca cerita ini. Semoga hati kita selalu bersih dan berpikir jernih setiap kali melakukan sesuatu-----