Tuesday, February 9, 2010

sajak sepi

aku meragu dalam gelisah
pada rangkaian cerita dan penjelasan
inikah kenyataan?
ataukah luapan kekecewaan
yang terurai menjadi sajak benci
dikirim angin pada malam-malam sepi?

senyummu tawar
datar tanpa makna yang bisa kuungkap
selalu begitu
mengabur hingga kulupa kupunya tanya
mengendap lalu terlupa

diam telah menjadi pilihan aman
ketika jawaban adalah sebuah goresan
yang menyayat batin
dan merobek jiwa

tapi bilakah kita akan keluar
bila hati terus bertanya
tanpa pernah tau
adakah jawab di depan sana

sepi telah lebih dulu menggayuti hati
sepiku pada awalnya
sepi yang kumiliki sebelumnya
hingga saat kau ada
sepi ini terus meraja

pergilah...
biar aku sendiri yang mengakhiri ini..



[9 Februari 2010, 00:58, kost mijil 35]

Wednesday, February 3, 2010

sajak makan

di kanan di kiri
laki-laki duduk dengan perempuan..
toleh kanan, beberapa pasang muda mudi
sepertinya anak kuliahan..
tengok ke kiri, sama saja lelaki-lelaki dan perempuannya
apa harus selalu begitu,
laki-laki datang dengan perempuan?
pun perempuan, tak ada yang datang sendirian..

perempuan memang pasangannya laki-laki..

tengok ke diri sendiri,
sendirian..
ah.. tidak wajar..
ah.. tidak sesuai kebiasaan
ah.. tidak seperti yang lainnya..
ah...neh sekali..

ada yang senyum-senyum
ada yang memandang heran

haha..
ini hanya soal makan,
menyuapkan nasi & lauk pauknya ke mulut,
lalu ditelan
sendiri atau dengan pasangan
tetap saja disebut: makan!


[3 Februari 2010, 21:14, warung makan lesehan]

sajak malam

langit tertidur,
angin berhembus pelan,
tak berani mengusik
takut daun-daun berisik

lengang..
senyap..
sunyi..
hening..

tugasmu Krik,
menyumbangkan alunan musik,
jadi nina bobo mata-mata yang masih mendelik..

Jangkrik

[3 Februari 2010, 01.32]